Tangisan yang Menjadi Lagu Tenang
Rembulan malam itu pucat. Cahayanya menembus tirai sutra kamar Jiayi, menerangi debu yang menari-nari di udara. Jiayi duduk bersimpuh di depan guqin kesayangannya, jari-jarinya gemetar menyentuh senar. Nada-nada yang keluar lirih, bagai isak tangis yang teredam. Bukan isak tangis keras, histeris, melainkan tetesan air mata yang membasahi hati yang terlalu lama terluka.
Lima tahun. Lima tahun ia menanggung pengkhianatan Li Wei, sahabat masa kecil sekaligus tunangannya. Li Wei, yang dengan kejam menikahi putri Jenderal Zhao demi kekuasaan. Jiayi tahu alasannya. Kekuasaan. Sesuatu yang selalu diidam-idamkan Li Wei.
Ia memilih diam. Bukan karena lemah, bukan! Ada rahasia besar yang ia simpan. Sebuah RAHASIA FATAL yang jika terungkap, bisa menghancurkan Dinasti Zhao yang angkuh. Ia tahu Li Wei terlibat dalam rencana pemberontakan, dan ia, Jiayi, satu-satunya saksi mata.
Setiap malam, ia memainkan guqinnya. Melodi-melodi sendu itu menjadi kode rahasia, pesan yang hanya bisa ditangkap oleh seseorang. Seseorang bernama Bai Li, mata-mata yang setia padanya.
Misteri mulai terungkap perlahan. Setiap malam, Jiayi menemukan setangkai bunga plum putih di ambang jendelanya. Bunga yang sama seperti yang ditanam ibunya di taman rahasia. Siapa yang menaruhnya? Awalnya ia mengira Li Wei, mencoba menebus dosa. Tapi tatapan mata Li Wei begitu dingin, begitu kalkulatif, tidak mungkin.
Kemudian, ia menyadari sesuatu. Kode dalam melodi guqinnya. Bukan hanya Bai Li yang mendengarkannya. Ada seseorang yang lebih pintar, lebih tajam. Seseorang yang bisa membaca pikirannya melalui nada-nada itu.
Malam itu, Bai Li datang dengan berita penting. "Nona, Jenderal Zhao akan berkhianat. Mereka akan menyerang istana saat perayaan ulang tahun Kaisar."
Jiayi tersenyum pahit. Takdir memang lucu. Balas dendamnya datang bukan dalam bentuk darah atau pedang, tapi dalam bentuk KEBENARAN.
Saat perayaan tiba, pasukan Jenderal Zhao benar-benar menyerbu istana. Namun, mereka tidak tahu bahwa Kaisar sudah menyiapkan jebakan. Berkat informasi yang diberikan Bai Li, dan... sentuhan melodi guqin Jiayi yang membimbing pasukan Kaisar ke titik-titik lemah pertahanan Jenderal Zhao.
Pemberontakan berhasil dipadamkan. Jenderal Zhao dan Li Wei ditangkap. Li Wei menatap Jiayi dengan tatapan penuh kebencian. "Kau! Kau yang merencanakan semua ini!"
Jiayi hanya tersenyum tipis. "Aku hanya memainkan guqin, Li Wei. Kamu sendiri yang memilih jalanmu."
Li Wei dihukum mati. Jenderal Zhao diasingkan. Dinasti Zhao selamat. Jiayi kembali ke kesunyian kamarnya. Ia kembali memainkan guqinnya. Kali ini, nadanya tidak lagi sendu. Melodi itu mengalun tenang, SEPERTI LAGU KEMENANGAN YANG TERSEMBUNYI.
Ia menatap rembulan. Bunga plum putih kembali ada di ambang jendelanya. Jiayi mengambilnya, lalu tersenyum. Ia tahu siapa yang menaruhnya. Kaisar. Kaisar sendiri yang mendengarkan melodi guqinnya. Kaisar, yang diam-diam mencintainya. Kaisar, yang membalas dendamnya tanpa ia memintanya.
Dan malam itu, Jiayi mengerti, terkadang, balas dendam terbaik adalah... takdir yang berbalik arah, menghadirkan kebahagiaan yang tak terduga, namun juga... kekosongan yang abadi.
Malam itu, Jiayi kembali memainkan guqinnya, dan melodi itu terhenti di tengah nada... seolah ada janji yang tak terucapkan... dan hati yang tetap terbelah.
You Might Also Like: Skincare Viral Di Tiktok Beli Di Sini
Post a Comment