TOP! Tahta Yang Bergetar Saat Nama Itu Disebut

Tahta yang Bergetar Saat Nama Itu Disebut

Aula KEEMASAN istana bersinar di bawah ribuan lilin. Di sanalah, Kaisar Agung Li Wei, dengan jubah naga yang berat, duduk di atas takhta yang mengintimidasi. Di sampingnya, berdiri Permaisuri Zhao Lan, anggun bak lukisan, namun matanya setajam belati yang tersembunyi. Setiap langkahnya adalah perhitungan, setiap senyumnya adalah topeng.

Istana ini sarang RAHASIA. Di balik tirai sutra tersembunyi bisikan para kasim dan selir, merajut benang-benang konspirasi. Para pejabat, dengan tatapan tajam bak elang lapar, saling sikut demi kekuasaan. Di tengah pusaran intrik ini, Kaisar Li Wei dan Permaisuri Zhao Lan terikat dalam tarian cinta dan pengkhianatan.

"Lan'er," suara Kaisar Li Wei, lembut namun mengandung perintah, "Kau adalah kekuatanku. Tanpamu, takhta ini hancur."

Zhao Lan menunduk anggun. "Yang Mulia terlalu melebih-lebihkan hamba. Hamba hanyalah debu di bawah kaki Yang Mulia." Tetapi dalam hatinya, ia tahu bahwa kata-kata Kaisar adalah KEBOHONGAN. Dia adalah pihak yang dibutuhkan, bukan yang dicintai.

Cinta mereka adalah PERMAINAN. Setiap janji adalah pedang yang siap menusuk. Kaisar Li Wei mencintai Zhao Lan, tetapi lebih mencintai kekuasaannya. Zhao Lan mencintai Li Wei, tetapi lebih mencintai keadilan bagi keluarganya yang difitnah dan dibantai.

Selama bertahun-tahun, Zhao Lan dengan sabar mengumpulkan bukti, menyusun rencana. Ia bagaikan ulat sutra yang tenang, menenun jaring maut untuk menangkap mangsa. Di mata semua orang, ia hanyalah permaisuri yang lemah lembut, lambang kesetiaan. Namun, di balik wajah manisnya, tersembunyi api BALAS DENDAM.

Malam itu tiba. Di tengah perjamuan mewah, Zhao Lan mengangkat cawan berisi anggur merah. "Yang Mulia," ia berkata dengan senyum mematikan, "Mari bersulang untuk kekaisaran yang abadi."

Kaisar Li Wei tersenyum dan meneguk anggur itu. Ia tidak tahu bahwa anggur itu dicampur dengan racun tanpa jejak, racun yang diracik khusus oleh tabib istana yang setia pada Zhao Lan.

Saat Kaisar Li Wei terhuyung dan ambruk, Zhao Lan menatapnya dengan dingin. "Kau telah mengambil segalanya dariku, Li Wei. Sekarang, giliranmu untuk membayar."

Dengan tenang, Zhao Lan memerintahkan para pengawal untuk menangkap semua pengkhianat. Istana dipenuhi jeritan dan darah. Zhao Lan, yang selama ini dianggap lemah, kini berdiri tegak di atas genangan darah, MEMANCARKAN aura kekuasaan yang menakutkan.

Zhao Lan menatap ke kejauhan, senyum tipis menghiasi bibirnya. Akhirnya, keadilan telah ditegakkan. Tapi dia tahu, INI BARU AWAL. Balas dendamnya belum selesai.

Di hadapannya, Tahta itu, bergoyang dan bergetar ketakutan, ketika namanya, Zhao Lan, diucapkan.

Dan sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri...

You Might Also Like: 0895403292432 Peluang Bisnis Kosmetik_14

Post a Comment