Endingnya Gini! Janji Yang Kupersembahkan Pada Angin

Aula Emas Istana Naga membentang megah, cahayanya memantul dari ratusan keping emas yang menghiasi langit-langit. Namun, kemegahan itu tak mampu menutupi atmosfer mencekam yang selalu hadir. Tatapan tajam para pejabat tinggi Dinasti Ming bagai belati terhunus, siap menikam siapapun yang dianggap lemah. Bisikan-bisikan pengkhianatan merayap di balik tirai sutra, menciptakan labirin rahasia yang menyesatkan.

Di tengah pusaran intrik inilah, Pangeran Mahkota, Li Wei, berjuang mempertahankan takhtanya. Ambisi yang membara di matanya terkadang tertutupi oleh senyum menawan yang mematikan. Dan di sisinya, berdiri Putri Mei Ling, seorang wanita dengan kecantikan yang memesona sekaligus menyimpan misteri yang dalam.

Cinta mereka tumbuh di tengah badai politik. Li Wei, dengan segala kekuatannya, terpesona oleh ketenangan Mei Ling. Mei Ling, di balik keanggunannya, melihat kerapuhan Li Wei yang tak mampu dilihat orang lain. Mereka berjanji untuk saling melindungi, janji yang terukir di bawah pohon sakura yang mekar di taman istana.

Namun, di istana, CINTA adalah senjata, dan JANJI adalah rantai.

"Mei Ling," bisik Li Wei suatu malam, di bawah rembulan yang pucat, "Percayalah padaku. Aku akan melindungi istana ini, dan dirimu."

Mei Ling menatapnya, mata seindahnya danau yang tenang. "Janji adalah ANGIN, Pangeran. Mudah diucapkan, mudah dilupakan."

Perkataan itu bak petir menyambar. Ternyata, Mei Ling bukan hanya sekadar putri yang anggun. Dia adalah bidak yang dipersiapkan dengan matang dalam permainan takhta yang jauh lebih besar dari yang bisa dibayangkan Li Wei. Ayahnya, seorang jenderal yang dikhianati dan dieksekusi oleh Kaisar sebelumnya, telah menanamkan dendam di hatinya sejak kecil.

Setiap senyum, setiap sentuhan, setiap janji yang dia berikan pada Li Wei, adalah bagian dari rencana pembalasan dendam yang mengerikan. Dia telah memberikan informasi penting kepada musuh-musuh Li Wei, menabur keraguan di hati para pendukungnya, dan perlahan tapi pasti, meruntuhkan kerajaannya dari dalam.

Saat Li Wei akhirnya menyadari pengkhianatan Mei Ling, segalanya sudah terlambat. Dia berdiri, seorang diri, di tengah Aula Emas yang kini terasa begitu dingin. Mei Ling, dengan ELEGANSI yang memukau, naik ke atas takhta.

"Kau salah menilaiku, Pangeran," ujarnya, suaranya dingin bagai es. "Kau mengira aku lemah. Tapi, inilah kenyataannya. KELEMAHAN adalah kekuatan terbesarku."

Dia memerintahkan penangkapan Li Wei, tatapannya tanpa ampun.


Beberapa tahun kemudian, istana makmur di bawah pemerintahan Mei Ling. Namun, di malam-malam sunyi, terdengar bisikan tentang KERAJAAN YANG DIBANGUN DI ATAS DARAH, dan janji yang dikhianati di bawah pohon sakura.

Dan saat angin bertiup kencang di pelataran istana, terdengar suara langkah kaki yang mendekat.

Sejarah baru saja menulis ulang dirinya sendiri…

You Might Also Like: Distributor Skincare Bisnis Tanpa Modal

OlderNewest

Post a Comment