Drama Baru! Senyum Yang Menjadi Penyesalan

Senyum yang Menjadi Penyesalan

Kabut menggantung pekat di atas Lembah Angin Malam, seperti tirai kelabu yang enggan disingkap. Di tengah lembah itu, kuil tua berdiri kokoh, saksi bisu bisikan cinta dan dendam yang telah lama dipendam. Di dalam kuil, bara dupa mengepulkan aroma pahit, bercampur dengan bau amis darah yang mengering di atas salju yang kini ternoda.

Xiao Qing, dengan gaun merah menyala yang kontras dengan salju putih, berdiri tegak. Di tangannya tergenggam erat sebilah belati perak, kilaunya memantulkan cahaya obor yang menari-nari. Di hadapannya, berlututlah Li Wei, pria yang pernah menjadi dunianya, pria yang senyumnya dulu mampu meluluhkan hatinya. Namun, senyum itu kini terasa seperti cemoohan yang membekukan jiwa.

"Xiao Qing...kumohon," lirih Li Wei, suaranya serak menahan sakit. Darah mengalir dari luka di bahunya, menodai jubah putih kebesarannya. Matanya, yang dulu selalu memancarkan kehangatan, kini dipenuhi ketakutan dan penyesalan.

"Kumohon? Betapa munafiknya kamu, Li Wei! Dulu, saat kau merebut segalanya dariku, di mana belas kasihanmu?" desis Xiao Qing, suaranya bergetar menahan amarah. Air mata mengalir di pipinya, bercampur dengan abu yang jatuh dari dupa yang terbakar. "Kau ingat janji yang kau ucapkan di bawah pohon sakura lima belas tahun lalu? Janji ABADI?"

Li Wei tertunduk. Janji itu... janji yang dilanggarnya. Janji yang menjadi akar dari segala penderitaan Xiao Qing. Rahasia kelam yang selama ini terkubur rapat, kini akhirnya terkuak. Pengkhianatan. Pembantaian. Kekuasaan yang dibangun di atas darah dan air mata. Semua terungkap di bawah tatapan mata Xiao Qing yang membara.

"Ayahku...ibuku...seluruh klanku...kau bunuh mereka, Li Wei! Demi tahta yang kau dambakan!" Xiao Qing berteriak, belatinya bergetar di tangannya. Kilasan masa lalu menghantuinya: kobaran api, jeritan kesakitan, wajah-wajah yang dicintainya menghilang ditelan kegelapan.

"Aku...aku melakukan semua itu demi dirimu, Xiao Qing! Demi masa depan kita!" Li Wei mencoba membela diri, namun suaranya terdengar hampa dan tidak meyakinkan.

Xiao Qing tertawa sinis. "Demi aku? Demi masa depan kita? Kau mengambil masa depanku, Li Wei! Kau mencuri kebahagiaanku! Satu-satunya masa depanku sekarang adalah melihatmu membayar semua dosa-dosamu."

Dengan gerakan cepat dan tenang, Xiao Qing mengayunkan belatinya. Tidak ada jeritan. Tidak ada perlawanan. Hanya suara desiran angin dan aroma darah yang semakin pekat. Li Wei ambruk ke tanah, matanya menatap kosong langit-langit kuil.

Xiao Qing berdiri di atas jasad Li Wei, hatinya terasa kosong. Dendamnya telah terbalaskan, namun kebahagiaan tidak ia temukan. Hanya kehampaan yang menyelimutinya. Di bawah kakinya, terbentang lautan darah di atas salju. Janji di atas abu telah ditepati.

Ia berbalik, meninggalkan kuil yang kini menjadi kuburan bagi cinta dan dendam. Langkahnya ringan, namun jiwanya terasa berat.

"Perjalanan ini baru saja dimulai..." bisiknya, sebelum menghilang ditelan kabut.

Tapi, siapa yang benar-benar mati di malam ini?

You Might Also Like: 176 Lions Fantasy Football Team Names

Post a Comment